Sabtu, 23 April 2016

KEPEMIMPINAN DALAM MANAJEMEN MADARASAH

MAKALAH
“KEPEMIMPINAN DALAM MANAJEMEN MADARASAH”

Makalah ini ditujukan untuk memenuhi tugas mandiri mata kuliah:
MANAJEMEN MADARASAH






Disusun Oleh:

David Budi Santoso (15512010)

  

PROGRAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GRESIK
TAHUN 1436 H/2016 M


KATA PENGANTAR

 Puji syukur kami panjatkan kehadirat Alloh SWT, karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang Kepemimpinan dalam manajemen madarasah ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga kami berterima kasih pada Bapak Ust. M. Arfa Ladamay, M.Pd.selaku Dosen mata kuliah Manajemen madarasah Universitas Muhammadiyah Gresik, yang telah memberikan tugas ini kepada kami.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.


Gresik, April 2016


Penyusun



















BAB I
                                                         PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah

 Pembicaraan tentang manajemen akhir-akhir ini hangat dibincangkan. Hal tersebut bukan saja merupakan hal baru bagi dunia pendidikan. Sumber daya manusia merupakan unsure aktif dalam penyelenggaraan organisasi. Sedangkan unsur-unsur yang lainnya merupakan unsur pasif yang bisa diubah oleh kreativitas manusia. Dengan pengelolaan (manajemen) yang berkualitas, diharapkan akan dapat mengkondisikan unsur-unsur yang lain agar bisa mencapai tingkat produktifitas suatu organisasi.

Memperbincangkan mengenai lembaga pendidikan yang bernama madrasah, agaknya akan selalu menarik dan tidak ada habis-habisnya. Terlebih yang dibicarakan adalah dari aspek manajemennya. Karena manajemen dalam suatu lembaga apa pun akan sangat diperlukan, bahkan – disadari atau tidak – sebagai prasyarat mutlak untuk tercapainya tujuan yang ditetapkan dalam lembaga tersebut. Semakin baik manajemen yang diterapkan, semakin besar pula kemungkinan berhasilnya lembaga tersebut dalam mencapai tujuannya. Demikian pula sebaliknya.

Realitas di lapangan lembaga-lembaga pendidikan Islam khususnya madrasah tingkatproduktifitas masih jauh dari yang diharapkan. Dalam makalah ini akan dibahas sekilas mengenai manajemen madrasah terkait dengan problematika yang ada di dalamnya beserta dan pemecahannya beserta dengan formulasi dalam pengembangan madrasah.[1]


 Rumusan Masalah
1.      Devinisi & Hakikat kepemimpinan
2.      Pendekatan dalam studi kepemimpinan
3.      Fungsi kepemimpinan
4.      Perilaku kepemimpinan managemen madarasah





BAB II
PEMBAHASAN
A.  Definisi dan Hakikat Kepemimpinan
 Kepemimpinan pada dasarnya berarti kemampuan untuk memimpin; kemampuan untuk menentukan secara benar apa yang harus dikerjakan. Menurut Gibson, kepemimpinan merupakan kemampuan mempengaruhi orang lain, yang dilakukan melalui hubungan interpersonal dan proses komunikasi untuk mencapai tujuan. Newstrom & Davis berpendapat bahwa kepemimpinan merupakan suatu proses mengatur dan membantu orang lain agar bekerja dengan benar untuk mencapai tujuan[2]. Sedangkan Stogdill berpendapat bahwa kepemimpinan juga merupakan proses mempengaruhi kegiatan kelompok, dengan maksud untuk mencapai tujuan dan prestasi kerja.
Oleh karena itu, kepemimpinan dapat dipandang dari pengaruh interpersonal dengan memanfaatkan situasi dan pengarahan melalui suatu proses komunikasi ke arah tercapainya tujuan khusus atau tujuan lainnya. Pernyataan ini mengandung makna bahwa kepemimpinan terdiri dari dua hal yakni proses dan properti. Proses dari kepemimpinan adalah penggunaan pengaruh secara tidak memaksa, untuk mengarahkan dan mengkoordinasikan kegiatan dari para anggota yang diarahkan pada pencapaian tujuan organisasi. Properti dimaksudkan, bahwa kepemimpinan memiliki sekelompok kualitas dan atau karakteristik dari atribut-atribut yang dirasakan serta mampu mempengaruhi keberhasilan pegawai. [2]
Menurut Purwanto (2004:24), dapat dikemukakan bahwa terdapat tiga teori kepemimpinan ditinjau dari sejarah perkembangannya, yaitu;
a.       Konsep yang menganggap bahwa kepemimpinan merupakan kemampuan yang berupa sifat-sifat yang dibawa sejak lahir yang ada dalam diri seorang pemimpin
b.      Konsep yang lebih modern, yaitu konsep yang memandang kepemimpinan sebagai fungsi kelompok, yang sukses tidaknya suatu organisasi tidak hanya dipengaruhi oleh kemampuan atau sifat-sifat yang ada pada seseorang, namun lebih mengutamakan sifat-sifat maupun cirri-ciri kelompok  yang dipengaruhinya.
c.       Konsep yang lebih maju lagi, yaitu konsep yang tidak hanya didasari oleh pandangan psikologis dan sosiologis, tetapi juga atas konsep ekonomis dan politis[3]

B.     Pendekatan Studi Kepemimpinan
Oleh Fred E. Fiedler dan Martin M. Chamars, dalam kata pengantar bukunya yang berjudul Leadership in Effectives Management dikemukakan bahwa persoalan utama kepemimpinan secara besar dapat dibagi tiga pertanyaan pokok, yaitu : (a) bagaimana seorang dapat menjadi seorang pemimpin (how one become a leader); (b) bagaimana para pemimpin itu berperilaku (how leader behave effective); (c) apa yang membuat pemimpin itu berhasil (what makes the leader effective). Sehubungan dengan masalah diatas studi kepemimpinan dibagi kedalam beberapa pendekatan dalam arti upaya untuk menjawab atau memberi pemecahan pada tiga pertanyaan diatas. 

Hampir seluruh penelitian kepemimpinan dapat dikelompokkan ke dalam empat macam pendekatan, yaitu pendekatan pengaruh kewibawaan, sifat, perilaku, dan situasional.

a.
Pendekatan menurut pengaruh kewibawaan (power influence approach) 

            Menurut pendekatan ini keberhasilan pemimpin dipandang dari segi sumber dan terjadinya sejumlah kewibawaan yang ada pada pemimpin, dan dengan cara yang bagaimana para pemimpin menggunakan kewibawaan tersebut. Pendekatan ini menekan proses sifat timbal balik, proses saling mempengaruhi dan pentingnya pertukaran hubungan kerjasama antara para pemimpin dengan bawahan .

Berdasarkan hasil penelitian French dan Reven dalam Wahjosumidjo (2010: 20) terdapat pengelompokan sumber darimana kewibawaan tersebut berasal, yaitu : 

1. Reward power: bawahan mengerjakan suatu agar memperoleh penghargaan yang dimiliki
oleh pemimpin .

2. Coersive Power: bawahan mengerjakan sesuatu agar dapat terhindar dari hukuman yang
dimiliki oleh pemimpin

3. Legitimate Power: bawahan melakukan sesuatu karena pimpinan memiliki kekuasaan untuk memerintah bawahan dan bawahan mempunyai kewajiban untuk menurut atau mematuhi.

4. Expert Power: bawahan mengerjakan sesuatu karena bawahan percaya bahwa pimpinan memiliki pengetahuan khusus dan keahlian serta mengetahui apa yang diperlukan.

5. Referent Power: bawahan melakukan sesuatu karena bawahan merasa kagum terhadap pimpinan atau membutuhkan untuk menerima restu pimpinan dan mau berperilaku pula seperti pimpinan. 

             Kewibawaan merupakan keunggulan, kelebihan atau pengaruh yang dimiliki oleh kepala sekolah, kewibawaan kepala sekolah dapat mempengaruhi bawahan, bahkan menggerakkan memberdaya segala sumber daya sekolah untuk mencapai tujuan sekolah sesuai dengan keinginan kepala sekolah.
Berdasarkan pendekatan pengaruh kewibawaan, seorang kepala sekolah dimungkinkan untuk menggunakan pengaruh yang dimilikinya dalam membina, memberdayakan, dan memberi teladan terhadap guru sebagai bawahan. Legitimate dan coersive power memungkinkan kepala sekolah dapat melakukan pembinaan terhadap guru, sebab dengan kekuasaan dan memerintah dan memberi hukuman, pembinaan terhadap guru akan lebih mudah dilakukan.

b. Pendekatan Sifat (the treat approach) 

               Pendekatan ini menekan pada kualitas pimpinan keberhasilan pimpinan ditandai oleh daya kecakapan luar biasa yang dimiliki oleh pimpinan seperti (1)tidak kenal tidak lelah atau penuh energi; (2) intuisi yang tajam; (3) tinjauan ke masa depan yang tidak sempit; dan (4) kecakapan meyakinkan yang sangat menarik.

              
Menurut pendekatan sifat, seseorang menjadi pimpinan karena sifat-sifatnya dibawa sejak lahir, bukan karena dibuat atau dilatih. Seperti dikatakan oleh Thierevt dalam Purwanto (1997 : 37) : “the heredity appoach status that leaders are born and note made that leaders do not acquire the ability to lead, but in here it” yang artinya pimpinan adalah dilahirkan bukan dibuat, bahwa pimpinan tidak dapat memperoleh kemampuan untuk memimpin, tetapi mewarisinya. Selanjutnya, Stogdell dalam Sutisna (1985 : 67) mengemukakan bahwa seseorang tidak menjadi pemimpin dikarenakan memulai suatu kombinasi sifat-sifat kepribadian, tapi pola sifat-sifat pribadi pemimpin itu mesti menunjukkan hubungan terkata dengan sifat, kegiatan, dan tujuan daripada pengikutnya. 

             Berdasarkan pendekatan sifat, keberhasilan seorang pemimpin tidak hanya dipengaruhi oleh sifat-sifat pribadi melainkan ditentukan oleh kecakapan/keterampilan (skill) pribadi pemimpin.
Hal ini sejalan dengan pendapat Yukl (1981 : 16) yang menyatakan bahwa sifat-sifat pribadi dan keterampilan seorang pemimpin berperan dalam keberhasilan seorang pemimpin.

c. Pendekatan Perilaku (the behavior approach) 

             Pendekatan perilaku menekankan pentingnya perilaku yang dapat diamati atau dilakukan oleh para pemimpin dari sifat pribadi atau sumber kewibawaan yang dimilikinya. Oleh sebab itu, pendekatan perilaku itu mempergunakan acuan seperti pribadi dan kewibawaan. Sifat-sifat pribadi, (a) kemampuan menyesuaikan diri terhadap situasi ; (b) selalu siap terhadap lingkungan sosial ; (c) berorientasi kepada cita-cita keberhasilan; (d) tegas ; (e) kerjasama ; dan (f) percaya diri. 

d.
Pendekatan Kontigen (Continngenceapproach) 

             Pendekatan kontengensi menekakankan pada ciri-ciri pribadi pemimpin dan situasi, mengemukakan dan mencoba untuk mengukur dan memperkirakan ciri-ciri pribadi ini, dan membantu pemimpin dengan garis pedoman perilaku yang bermanfaat yang didasarkan pada kombinasi dari kemungkinan yang bersifat kepribadian dan situasional (Hasibuan, 1986 : 45).

             Teori kontingensi bukan hanya merupakan hal yang penting bagi kompleksitas yang bersifat interaktif dan fenomena kepemimpinan, tetapi membantu pula para pemimpin yang potensial dengan konsep-konsep yang berguna untuk menilai situasi yang bermacam-macam dan untuk menunjukkan perilaku kepemimpinan yang tepat dan berdasarkan situasi.

             Dalam kaitan ini Sutisna menyatakan bahwa “kepemimpinan ; adalah hasil dari hubungan-hubungan dalam situasi sosial dan dalam situasi berbeda para pemimpin memperlihatkan sifat pribadinya yang berlainan.
Jadi pemimpin dalam situasi yang satu mungkin tidak sama dengan tipe pemimpin dalam situasi yang lain sementara Fattah (2001: 17) berpandangan bahwa keefektifan kepemimpinan bergantung pada kecocokan antara pribadi, tugas, kekuasaan, sikap dan persepsi.[4]
C.  Fungsi Kepemimpinan
Fungsi – fungsi kepemimpinan adalah sebagai berikut :

1. Fungsi Perencanaan

Seorang pemimpin perlu membuat perencanaan yang menyeluruh bagi organisasi dan bagi diri sendiri selaku penanggung jawab tercapainya tujuan organisasi. Manfaat – manfaat tersebut antara lain :

a. Perencanaan merupakan hasil pemikiran dan analisa situasi dalam pekerjaanuntuk memutuskan apa yang akan dilakukan

b. Perencanaan berarti pemikiran jauh ke depan disertai keputusan – keputusan yang berdasarkan atas fakta – fakta yang diketahui

c. Perencanaan berarti proyeksi atau penempatan diri ke situasi pekerjaan yang akan dilakukan dan tujuan atau target yang akan dicapai.

Perencanaan meliputi dua hal, yaitu :

a. Perencanaan tidak tertulis yang akan digunakan dalam jangka pendek, pada keadaan darurat, dan kegiatan yang bersifat terus menerus.

b. Perencanaan tertulis yang akan digunakan untuk menentukan kkegiatan – kegiatan yang akan dilakukan atas dasar jangka panjang dan menentukan prosedur – prosedur yang diperlukan



Setiap rencana yang baik akan berisi :
a. Maksud dan tujuan yang tetap dan dapat dipahami
b. Penggunaan sumber – sumber enam M secara tepat
c. Cara dan prosedur untuk mencapai tujuan tersebut[5]
D.    Perilaku kepemimpinan managemen madarasah

Seorang pemimpin seyogyanya memiliki pengetahuan, kecakapan, dan keterampilan yang diperlukan dalam melaksanakan kepemimpinannya. Pengetahuan dan ketrampilan tersebut dapat diperoleh dari pengamatan belajar secara teori maupun dari pengalaman dalam praktik selama menjadi pemimpin.
Kepemimpinan seseorang dapat digolongkan kedalam salah satu tipe dan mungkin setiap tipe memiliki berbagai macam gaya kepemimpinan. Salah seorang pemimpin yang memiliki salah satu tipe bisa menyesuaikan diri dengan situasi yang dihadapi dalam melaksanakan kepemimpinannya. Kartini Karno (2011: 69) membagi tipe kepemimpinan sebagai berikut:
1.        Tipe Kepemimpinan Kharismatis
Tipe kepemimpinan karismatis memiliki kekuatan energi, daya tarik dan pembawaan yang luar biasa untuk mempengaruhi orang lain, sehingga ia mempunyai pengikut yang sangat besar jumlahnya dan pengawal-pengawal yang bisa dipercaya. Kepemimpinan kharismatik dianggap memiliki kekuatan ghaib (supernatural power) dan kemampuan-kemampuan yang superhuman, yang diperolehnya sebagai karunia Yang Maha Kuasa. Kepemimpinan yang kharismatik memiliki inspirasi, keberanian, dan berkeyakinan teguh pada pendirian sendiri. Totalitas kepemimpinan kharismatik memancarkan pengaruh dan daya tarik yang amat besar. Dalam kepemimpinan ini seorang kepala sekolah harus memiliki kharisma yang baik untuk menggerakkan bawahannya supaya manajemen sekolah berfungsi dengan baik.
2.        Tipe Kepemimpinan Paternalistis
Kepemimpinan paternalistik lebih diidentikkan dengan kepemimpinan yang kebapakan dengan sifat-sifat sebagai berikut:
(1) mereka menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak/belum dewasa, atau anak sendiri yang perlu dikembangkan, (2) mereka bersikap selalu melindungi,(3) mereka jarang memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengambil keputusan sendiri,(4) mereka hampir tidak pernah memberikan kesempatan kepada bawahan untuk berinisiatif,(5) mereka memberikan atau hampir tidak pernah memberikan kesempatan pada pengikut atau bawahan untuk mengembangkan imajinasi dan daya kreativitas mereka sendiri,(6) selalu bersikap maha tahu dan maha benar.
3.        Tipe Kepemimpinan Militeristik
Tipe kepemimpinan militeristik ini sangat mirip dengan tipe kepemimpinan otoriter. Adapun sifat-sifat dari tipe kepemimpinan militeristik adalah:
(1) lebih banyak menggunakan sistem perintah/komando, keras dan sangat otoriter, kaku dan seringkali kurang bijaksana, (2) menghendaki kepatuhan mutlak dari bawahan, (3) sangat menyenangi formalitas, upacara-upacara ritual dan tanda-tanda kebesaran yang berlebihan, (4) menuntut adanya disiplin yang keras dan kaku dari bawahannya, (5) tidak menghendaki saran, usul, sugesti, dan kritikan-kritikan dari bawahannya, (6) komunikasi hanya berlangsung searah.
Jadi dalam kepemimpinan militeristik seorang kepala sekolah menggerakkan bawahannya secara perintah komando dan otoriter yang harus dituruti oleh bawahannya.
4.        Tipe Partisipatif
Gaya kepemimpinan ini dipakai oleh mereka yang percaya bahwa cara untuk memotivasi orang-orang adalahdengan melibatkan mereka dalam proses pengambilan keputusan. Hal ini diharapkan akan menciptkan rasa memiliki sasaran dan tujuan bersama
5.        Tipe Kepemimpinan Otokratis (Outhoritative, Dominator)
Kepemimpinan otokratis memiliki ciri-ciri antara lain: (1) mendasarkan diri pada kekuasaan dan paksaan mutlak yang harus dipatuhi, (2) pemimpinnya selalu berperan sebagai pemain tunggal,  (3) berambisi untuk merajai situasi, (4) setiap perintah dan kebijakan selalu ditetapkan sendiri, (5) bawahan tidak pernah diberi informasi yang mendetail tentang rencana dan tindakan yang akan dilakukan, (6) semua pujian dan kritik terhadap segenap anak buah diberikan atas pertimbangan pribadi, (7) adanya sikap eksklusivisme, (8) selalu ingin berkuasa secara absolut, (9) sikap dan prinsipnya sangat konservatif, kuno, ketat dan kaku, (10) pemimpin ini akan bersikap baik pada bawahan apabila mereka patuh.
Dalam kepemimpinan otokratis seorang kepala sekolah memimpin bawahannya berdasarkan keputusan sendiri yang harus segera dilaksanakan oleh semua warga sekolah.


6.        Tipe Kepemimpinan Laissez Faire
Pada tipe kepemimpinan ini praktis pemimpin tidak memimpin, dia membiarkan kelompoknya dan setiap orang berbuat semaunya sendiri. Pemimpin tidak berpartisipasi sedikit pun dalam kegiatan kelompoknya. Semua pekerjaan dan tanggungjawab harus dilakukan oleh bawahannya sendiri. Pemimpin hanya berfungsi sebagai simbol, tidak memiliki keterampilan teknis, tidak mempunyai wibawa, tidak bisa mengontrol anak buah, tidak mampu melaksanakan koordinasi kerja, tidak mampu menciptakan suasana kerja yang kooperatif. Kedudukan sebagai pemimpin biasanya diperoleh dengan cara penyogokan, suapan atau karena sistem nepotisme. Oleh karena itu organisasi yang dipimpinnya biasanya morat marit dan kacau balau. Tipe kepemimpinan ini biasanya tidak baik diterapkan dalam lingkungan sekolah
7.        Tipe Kepemimpinan Administratif/Eksekutif
Kepemimpinan tipe administratif ialah kepemimpinan yang mampu menyelenggarakan tugas-tugas administrasi secara efektif. Pemimpinnya biasanya terdiri dari teknokrat-teknokrat dan administratur-administratur yang mampu menggerakkan dinamika modernisasi dan pembangunan. Oleh karena itu dapat tercipta sistem administrasi dan birokrasi yang efisien dalam pemerintahan. Pada tipe kepemimpinan ini diharapkan adanya perkembangan teknis yaitu teknologi, indutri, manajemen modern dan perkembangan sosial ditengah masyarakat.[6]






BAB III
PENUTUP
Kesimpulan

Pemimpin adalah seseorang yang mempunyai kemampuan untuk memengaruhi perilaku orang lain dalam kerjanya dengan menggunakan kekuasaan. Kekuasaan adalah kemampuan untuk mengarahkan dan memengaruhi bawahan sehubungan dengan tugas-tugas yang harus dilaksanakannya. Menurut Stoner, semakin banyak jumlah sumber kekuasaan yang tersedia bagi pemimpin, akan makin besar potensi kepemimpinan yang efektif (Fattah, 2004: 88).
Kepemimpinan dalam penerapan manajemen sekolah memerlukan dua keterampilan yaitu keterampilan memimpin dan keterampilan mengelola (kepemimpinan dan manajerial). Perilaku kepemimpinan dalam melaksanakan keterampilan ini memegang peranan yang sangat penting untuk untuk meningkatkan kualitas sekolah. Perilaku kepemimpinan yang positif dan mendukung terhadap penerapan manajemen kepala sekolah akan lebih mencapai keberhasilan.
Kepemimpinan manajemen kepala sekolah untuk meningkatkan kualitas sekolah perlu diterapkan tipe-tipe kepemimpinan yang ideal seperti: Tipe Kepemimpinan Kharismatis, paternalistik, militeristik, partisipatif, administratif, laissez-faire, otokratis, demokratis.










DAFTAR PUSTAKA
Imam Suprayogo, 1999, Revormulasi Visi Pendidikan Islam, Malang: Stain Press, cet. I, Hal. 161Yuslem Nawir,2015. Ulumul Hadist : Jakarta.PT. Mutiara Sumber Widya,
 Fattah, Nanang. 2004.  Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Purwanto, Ngalim. 2004. Administrasi dan Supervisi Pendidikan.Bandung: PT Remaja Rosdakarya



[1] dian-mutiarasari, MANAJEMEN MADRASAH, http://dian-mutiarasari.blogspot.co.id/2012/05/makalah-manajemen-madrasah.html, pada tanggal 15 april 2016, pukul 13.55 wib
[2] afifulikhwan, KEPEMIMPINAN KEPALA MADRASAH,  http://afifulikhwan.blogspot.co.id/2011/11/kepemimpinan-kepala-madrasah-dalam.html , pada tanggal 15 april 2016, pukul 14.55 wib

[3] NURISAARIYANTO, Kepemimpinan : Definisi, Hakikat, Konsep dan Dimensi,  http://nurisaariyanto.blogspot.co.id/2014/07/kepemimpinan-definisi-hakikat-konsep.html .Pada  tanggal 19 april 2016, pukul 14.55 wib



[4] Ricoadam, Kepemimpinan dan Pendekatan Studi Kepemimpinan, http://ricoadam-noah.blogspot.co.id/2013/01/kepemimpinan-dan-pendekatan-studi.html.Pada  tanggal 19 april 2016, pukul 22.23. wib

[5] Aynul, fungsi kepemimpinan, http://kepemimpinan-fisipuh.blogspot.co.id/2009/03/fungsi-kepemimpinan.html.Pada  tanggal 19 april 2016, pukul 23.23. wib

[6] Pakcosma, MAKALAH MANAJEMEN KEPEMIMPINAN KEPALA MADRASAH/ SEKOLAH, http://tsur4yy4.blogspot.co.id/2016/03/makalah-manajemen-kepemimpinan-kepala.html.Pada  tanggal 23 april 2016, pukul 19.34. wib

Tidak ada komentar:

Posting Komentar